TIMESPUBLIK.COM – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung Barat akan segera mengantisipasi meluasnya wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang hewan ternak dengan terus menyuntikan vaksin.
Berdasarkan data Dinas Perikanan dan Peternakan (Dispernakan) pada Desember 2024 hingga 9 Januari 2025, ada 229 sapi di wilayah Bandung Barat terpapar PMK. Dari jumlah itu, 4 ekor sapi mati dan 10 di antaranya dipotong paksa.
Penjabat (Pj) Bupati Bandung Barat, Ade Zakir menjelaskan, untuk saat ini pihaknya tengah menunggu ketersediaan vaksin PMK untuk didistribusikan ke para peternak.
“Vaksinasi itu kan pasokannya dari pusat, jadi kita tunggu dari pusat ketersediaan dan regulasinya. Kalau ada vaksin pasti kita lakukan vaksinasi, tapi kan kita gak punya, karena kami gak bisa produksi vaksin,” kata Ade Zakir pada Jum’at, (10/1/2025).
Ade pun menuturkan, berkaca pada melonjak wabah PMK pada tahun sebelumnya, pihaknya siap melakukan penanganan di Kabupaten Bandung Barat.
Menurutnya, jika jika ketersediaan vaksin telah ada, pihaknya bakal gencar lakukan penyuntikan dan pemerintah pun bakal gencar melakukan edukasi penanganan PMK kepada para peternak.
“Kemarin kita dapat laporan dari Dispernakan memang ada laporan lagi kasua PMK. Tentu kita punya pengalaman pahit tahun lalu yang berdampak menurunkan produktivitas susu,” ujarnya.
“Sekarang dengan pengalaman itu kita makin siap untuk tangani. Kalau ada vaksin pasti kita gencarkan, terus untuk lalu lintas ternak tentu kita juga menunggu arahan dari provinsi Jawa Barat,” jelas Ade.
Sementara itu, Plt Kepala Dispernakan Bandung Barat, Wiwin Aprianti mengatakan, Pemkab Bandung Barat memiliki stok vaksin PMK sebanyak 30.000 dosis yang tengah disuntikkan ke 10 kecamatan pusat ternak hewan.
Namun untuk mewujudkan kekebalan kelompok atau herd immunity hewan ternak, pihaknya menunggu suntik vaksin dosis kedua atau booster.
“Memang kita punya stok vaksin 30.000. Nah ini sedang terus digenjot penyuntikannya. Update terakhir baru 70 persen dari total sasaran. Untuk suntik booster kami menunggu dari pusat, kabarnya baru ada Februari 2025. Kebutuhannya sama 30.000 dosis,” pungkasnya. ***











