TimesPublik.com – Ribuan masyarakat dari berbagai wilayah Kabupaten Bandung Barat (KBB) tumpah di Lapang Warung Awi, Desa Bongas, Kecamatan Cililin, Kamis (31/07/2025) malam.
Mereka berbondong-bondong hanya menyaksikan Festival Carnaval Budaya dalam rangka memeriahkan Hari Jadi Kabupaten Bandung Bandung yang ke-18 tahun.
Dalam festival tersebut, diramaikan dengan berbagai pertunjukan seni budaya khas Sunda. Salah satunya, menampilkan kesenian tradisional Wayang Golek Putra Giri Harja 3 yang dipimpin maestro Dadan Sunandar Sunarya.
Kemudian, penampilan memukau Mansur Angklung, aksi ketangkasan Padepokan Jaga Raga Kencana Wuling PPSI Kecamatan Cililin hingga hiburan MC Agus Fekraf.
Kegiatan tersebut dihadiri oleh, Bupati dan Wakil Bupati Bandung Barat, Jeje Richie Ismail – Asep Ismail (Duet Ismail), Sekretaris Daerah Ade Zakir, jajan Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) hingga para Camat se-KBB.
Saat membuka Festival Carnaval Budaya, Bupati Bandung Barat, Jeje Ritchie Ismail mengatakan, festival budaya semacam ini memiliki makna jauh melampaui hiburan semata.
Menurutnya, pentingnya upaya menjaga dan melestarikan warisan budaya sebagai fondasi jatidiri masyarakat Kabupaten Bandung Barat.
“Festival l ini bukan hanya soal hiburan, ini adalah wujud cinta kita pada warisan budaya, sekaligus ajang untuk menyegarkan kembali ingatan kita akan jati diri sebagai masyarakat Sunda,” kata Jeje.
Ia pun menjelaskan, KBB memiliki kekayaan Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) yang luar biasa mulai dari, kuliner lokal, tradisi adat hingga seni pertunjukan seperti, pencak silat dan angklung yang telah diakui dunia.
“Alhamdulillah, hari ini kita bisa menyaksikan berbagai pertunjukan budaya yang luar biasa, dari keindahan musik tradisional Mansur Angklung, ketangkasan Padepokan Jaga Raga Kencana Wuling, hingga sajian wayang golek dari Kang Dadan Sunandar Sunarya yang sarat pesan moral dan filosofi hidup,” tambahnya.
Jeje menyoroti tantangan budaya di tengah gempuran tren global khususnya di kalangan muda yang kini lebih akrab atau mengebal budaya luar.
“Zaman sekarang, barudak leuwih apal nama artis Korea tibatan kasepuhan adat. Tapi festival seperti ini urang bisa ngingetkeun barudak urang bahwa budaya urang téh keren, bisa dibanggakeun, jeung teu éléh saing,” ucap Jeje.
Ia juga berharap, melalui festival tersebut jati diri generasi muda dapat diperkuat agar tumbuh dengan rasa cinta terhadap budaya lokal, bukan sekadar mengikuti arus budaya luar.
Selain menjadi ruang ekspresi budaya, Jeje menilai Festival Carnaval Budaya juga menjadi penggerak ekonomi kerakyatan, memperkuat silaturahmi antarmasyarakat, serta menjadi bentuk pembangunan berbasis kearifan lokal.
“Saya sampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada panitia, para seniman dan warga Desa Bongas yang telah menyelenggarakan acara ini dengan penuh semangat,” ujarnya
“Ini bukan hanya bentuk pelestarian budaya, tapi juga penggerak ekonomi dan pendorong gotong royong,” imbuhnya.
Jeje juga mengajak, seluruh masyarakat untuk selalu senantiasa menjaga budaya sebagai warisan leluhur yang membentuk identitas daerah.
“Hayu urang gandengan leungeun, gotong royong ngajaga budaya, ngarakit masa depan Bandung Barat anu leuwih AMANAH—Agamis, Maju, Adaptif, Nyaman, Aspiratif, jeung Harmonis,” pungkasnya. *(Diskominfotik KBB)











